MARTIR DALAM SEJARAH GEREJA
By: Andreas Dwi Chrisdiantoro_STTIA Surabaya
Bab I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Jika
menengok ke be1akang sepanjang sejarah gereja, kita bisa melihat bahwa
kata-kata Yesus telah digenapi di setiap abad - sejarah gereja yang mulia
membuktikan firmanNya.Pertama, tanpa
diragukan ada gereja Kristus yang sejati dalam dunia ini. Kedua, setiap tingkat pemimpin keagamaan dan sekuler beserta
bawahan mereka secara terbuka serta dengan kekuatan penuh dengan setiap sarana
yang licik dan penuh tipu daya dalam tindakan mereka, mencela serta menganiaya
gereja yang benar itu. Ketiga, gereja
telah bertahan dan memegang kesaksian mereka tentang Kristus melalui setiap
serangan yang dilakukan terhadapnya. Perjalanan gereja menembus badai yang
disebabkan oleh kemarahan dan kebencian yang hebat sangat mulia untuk dilihat
serta banyak kisah sejarahnya telah dicatat sehingga karya Allah yang ajaib
hanya bagi kemuliaan Kristus dan pengetahuan tentang pengalaman para martir
gereja bisa memberikan dampak yang positif bagi para pembacanya serta
memperkuat iman mereka.
Sebagian
besar dari kita mungkin telah menikmati keuntungan atau kenyamanan sebagai umat
Kristiani sehingga kita seringkali melupakan orang-orang percaya yang penuh
keberanian yang sedemikian banyak telah mempertaruhkan hidupnya demi
Kekristenan. Darah para martir/saksi itu telah mengairi ladang, menghasilkan
tuaian, dan mempercepat pertumbuhan kekristenan di seluruh dunia.
“..
Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau
mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu.”
(Yoh.15:20)
2. Definisi
Martir
adalah orang yang rela menderita atau mati daripada menyerah karena mempertahankan
agama atau kepercayaan; orang yang mati dalam memperjuangkan kebenaran agama.
Seorang
martir adalah seseorang yang meninggal karena imannya.
Santo Agustinus pernah berkata bahwa, “
Penyebablah, bukan penderitaan, yang menjadikan seseorang menjadi martir yang
sejati,” Martir dalam bahasa Yunani berarti “seseorang yang mengingat, dan yang memiliki pengetahuan tentang
kebenaran tersebut”. Secara literal berarti seorang “saksi”. Konsep martir berkembang dalam Perjanjian Baru sebagai
seseorang yang dapat memberikan kesaksian mengenai kehidupan dan kuasa Yesus
Kristus. “Yohanes datang sebagai saksi (Yun : marture/w
= marturia) untuk memberi kesaksian tentang
Terang, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya” (Yoh.1:7)
Dalam
Agama Katolik Roma, "Martir" adalah Seseorang Yang
Berani Berjuang Hingga Mati Demi Membela Iman dan Kepercayaannya Terhadap Yesus
Kristus.
Bab II
LANDASAN TEOLOGIS
“Tetapi kamu akan menerima kuasa,
kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi (Yun: martuz =martus)-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan samaria dan sampai
ke ujung bumi” (Kis.1:8).
2.1 Secara Etimologi
Kata
“saksi” berasal dari bahasa Yunani, Martus
berarti saksi. Istilah ini pertama kali dikenakan pada rasul sebagai
saksi kehidupan dan kebangkitan Kristus (Kis.1:8, 22). Saksi/ kesaksian, Ibrani
'ana (harfiah,'menjawab'), Yunani 'martureo',
dan kata-kata yg berakar padanya martus,
marturia dan marturion.
Saksi ialah orang yg memberi kesaksian tentang sesuatu yg ia sendiri telah
melihatnya. Kesaksian adalah tanggung jawab berat, teristimewa dalam kasus yg
diancam dengan hukuman mati. Apabila terbukti tertuduh bersalah, maka para
saksi memimpin regu pelaksana hukuman mati itu (lihat Kisah 7:58 ).
Para
rasul adalah saksi-saksi utama tentang hidup dan kebangkitan Kristus (Yohanes
21 :24; Kisah 1 :22; 2 Ptr 1 :6). Dalam gereja purba kata Yunani "martus" menjadi terbatas,
terutama untuk menyebut mereka yg setia kepada imannya kendati sampai mati
sekalipun. Penggunaan kata itu dalam arti demikian dikenal di Indonesia sebagai
martir. Dalam dunia Kristen modern,
'kesaksian' berarti cerita tentang apa yg dikerjakan Kristus atas hidup
seseorang, menjadi pengalaman pribadi orang itu.
Bab III
KISAH PARA
MARTIR DARI ZAMAN MURID TUHAN YESUS SAMPAI ZAMAN PENGANIAYAAN PAUS DAN IKUISISI
DI SPANYOL
3.1 Beberapa Kisah Para Martir di Zaman Murid
Tuhan Yesus.
Orang
pertama yang menderita bagi gereja adalah Yesus sendiri, Yesus sebagai
inspirasi dan sumber semua kemartiran. Kisah penderitaan dan penyaliban - Nya
dikisahkan dalam Alkitab dengan sangat baik sehingga kita tidak perlu
menuliskannya di sini. Cukup dikatakan bahwa kebangkitan-Nya setelah itu
mengalahkan niat orang-orang Yahudi dan memberikan keberanian serta arah yang
baru; dan menyegarkan bagi murid-rnurid-Nya. Dan setelah mereka menerima kuasa
Roh Kudus pada hari Pentakosta, mereka selanjutnya dipenuhi dengan keyakinan
dan keberanian yang mereka butuhkan untuk memberitakan nama-Nya. Keyakinan dan
keberanian mereka yang baru, benar-benar membingungkan para pemimpin Yahudi
serta mengejutkan semua orang yang mendengarnya.
·
Stefanus,
martir pertama dengan dilempari batu sampai mati karena
kesaksiaannya tentang Yesus Kristus (Kisah Rasul
7:58-60). Stefanus dikenal sebagai Protomartyr
(atau martir pertama) dalam
Kekristenan, dihormati sebagai seorang santo dalam Gereja Katolik serta Gereja
Ortodoks. Nama Stefanus berasal dari Bahasa Yunani Stephanos, artinya "mahkota..
Kisah Para Rasul pasal 6 mengisahkan
bagaimana Stefanus diadili oleh Sanhedrin dengan dakwaan hujat terhadap Nabi Musa
dan Allah (Kis.6:11) serta berkata-kata menentang Bait Allah dan Hukum Taurat
(Kis.6:13-14).
- Rasul
Yakobus anak Zebedeus dipenggal
kepalanya sekitar tahun 44 Masehi oleh Herodes Agripa I, Raja orang Yahudi.
- Rasul Filipus,
tepat 10 tahun setelah kematian Yakobus, pada tahun 54 M Rasul Filipus
dikatakan te1ah dihukum cambuk dan dilemparkan ke dalam penjara serta
kemudian disalibkan di Hierapolis di Phrygia.
- Matius,
Beberapa tulisan mengatakan bahwa ia direbahkan di tanah dan dipancung
kepalanya dengan halberd (atau halbert, senjata abad ke 15 atau
ke-16 yang memiliki mata pisau seperti kapak dan ujung logam yang runcing
pada ujung batangnya yang panjang) di kota Nadabah (atau Naddayar),
Ethiopia, sekitar tahun 60 M.
- Yakobus (saudara
Yesus dan penulis surat Yakobus). Waktu dan cara
kematiannya, yang tepat, tidak diketahui dengan pasti meskipun dipercaya
itu terjadi pada tahun 66 M. Menurut Flavius
Josephus, ahli sejarah Yahudi, imam besar Ananus memerintahkan agar
Yakobus dihukum mati dengan dirajam batu.
- Matias, dipilih
untuk menggantikan tempat Yudas Iskariot, hampir tidak ada sesuatu yang
diketahui tentangnya. Dikatakan bahwa ia dirajam batu di Yerusalem dan
kemudian dipancung.
- Rasul
Andreas disalibkan dengan salib membentuk
huruf "X". Tradisi mengatakan bahwa ia
memberitakan Injil kepada banyak bangsa Asia dan menjadi martir di Edessa.
- Markus, tradisi
mengatakan bahwa ia diseret sampai tubuhnya terkoyak-koyak oleh orang
Alexandria ketika ia berbicara menentang perayaan yang khidmat untuk
berhala Serapis mereka.
- Rasul
Petrus disalibkan dengan posisi kepala di
bawah oleh Kaisar Nero di Roma, sekitar
tahun 64 - 67 Masehi.
- Rasul
Yohanes, penulis kitab
Wahyu, dibuang di pulau Patmos zaman pemerintahan Kaisar Nero.
- Rasul Bartolomeus dan Natanael, meninggal
dengan dikuliti hidup-hidup lalu dipenggal kepalanya.
- Rasul Thomas memberitakan Injil di Persia
(termasuk Irak
modern dan Iran),
lalu ke India
selatan, meninggal dunia dengan ditusuk tombak.
- Rasul
Paulus dipenggal kepalanya
oleh Kaisar Nero. Ia dibawa ke tiang eksekusi dan
dipancung. Hal itu terjadi pada tahun 66 M, tepat empat tahun sebelum
Yerusalem jatuh.
Gambar Peta yang menunjukkan murid-murid
Tuhan Yesus mati martir :
3.2. Awal
Penganiayaan Terhadap Gereja (54-304 M)
1. Penganiayaan pertama, di bawah
Kaisar Nero (54-68 M).
Bersama
dengan Paulus dan Petrus, beberapa dari 70 utusan yang
diangkat Yesus (Lukas 10:1) menjadi martir juga. Di antara mereka adalah Erastus,
bendahara di Korintus (Roma 16:23); Aristarkhus dari Makedonia (Kisah
Para Rasul 19:29); Trofimus dari Efesus (Kisah Para RasuI21:29); Barsabas,
yang disebut juga Yustus (Kisah Para Rasul 1 :23); dan Ananias, Uskup Damaskus,
yang diutus Tuhan kepada Saulus (Kis.9:10).
2.
Penganiayaan
kedua, di bawah Pemerintahan Domitian (81-96 M).
Domitian
adalah orang yang kejam, yang membunuh saudaranya sendiri dan melakukan
penganiayaan kedua terhadap orang-orang Kristen. Dalam kebenciannya, Domitian
mengeluarkan perintah "Bahwa tidak
ada orang Kristen, yang pernah dibawa ke depan pengadilan, yang boleh
dibebaskan dari hukuman tanpa menyangkal agamanya."
Martir
selama zaman ini yang sangat kita kenal adalah Timotius, yang merupakan
murid Rasul Paulus terkenal serta penilik gereja di Efesus sampai tahun 97 M.
Pada tahun itu, orang-orang kafir di Efesus sedang merayakan upacara yang
disebut "Catagogion."
Ketika Timotius melihat upacara kafir itu, ia menghalangi jalan mereka serta
dengan tegas menegur mereka atas penyembahan berhala yang mereka lakukan.
Keberaniannya yang kudus membuat marah orang-orang kafir itu, akibatnya mereka
menyerangnya dengan pentung dan memukulinya dengan kejam sehingga ia mati
karena luka-lukanya dua hari kemudian.
3. Penganiayaan ketiga, di bawah
Kaisar Trajan (98-117 M)
Dalam
penganiayaan yang ketiga, Pliny, yang dikenal sebagai "si kecil,"
seorang konsul dan penulis Romawi, merasa kasihan terhadap orang-orang Kristen
yang dianiaya lalu menulis surat kepada Trajan, agar meyakinkannya bahwa ada
ribuan orang Kristen yang telah dibantai setiap hari yang tidak melakukan apa
pun yang bertentangan dengan hukum Romawi.
Selama
penganiayaan ini, pada tahun 110 M, Ignatius, yang adalah penilik gereja di
Antiokhia, ibukota Syria, tempat murid-murid pertama disebut orang Kristen
(Kis.11:26) dikirim ke Roma karena ia mengaku mempercayai dan mengajarkan
Kristus. Dikatakan bahwa ketika ia berjalan melewati Asia, sekalipun dijaga
oleh para prajurit, ia menyampaikan firman Allah di setiap kota yang mereka
lalui, dan mendorong serta meneguhkan gereja-gereja. Ketika berada di Smirna, ia
menulis kepada gereja di Roma dan mengimbau kepada mereka untuk tidak berusaha
melepaskannya dari kemartiran karena mereka akan menghilangkan hal yang sangat
ia rindukan dan harapkan.
4. Penganiayaan keempat, di bawah
Kaisar Marcus Aurelius Antoninus (162–180
M)
·
Ketika Germanicus, seorang
Kristen sejati yang masih muda diserahkan kepada singa yang buas karena
kesaksian imannya, ia bersikap begitu penuh keberanian sehingga beberapa orang
kafir bertobat pada iman yang memuneulkan keberanian semacam itu.
·
Polikarpus, seorang murid
Rasul Yohanes dan penilik gereja di Smirna. Ia mendengar bahwa para prajurit
menearinya lalu berusaha me1arikan diri, tetapi ia ditemukan oleh seorang anak.
Setelah memberi makan para penjaga yang menangkapnya, ia meminta waktu satu jam
untuk berdoa dan permintaannya dikabulkan mereka. Ia berdoa dengan begitu tekun
sehingga para penjaga itu meminta maaf kepadanya karena mereka ditugaskan untuk
menangkapnya. Namun, ia akhirnya dibawa ke depan gubernur dan dihukum bakar di
tengah pasar.
·
Felicitatis, seorang wanita
kaya dari ke1uarga Romawi yang terkenal, seorang Kristen yang saleh dan setia.
Ia memiliki tujuh anak yang juga adalah orang Kristen yang setia. Mereka semua
menjadi martir.
·
Januarius, anaknya yang
tertua, dicambuk, dan ditekan dengan beban yang berat sampai mati. Felix dan Philip, dua anak
berikutnya, otaknya terlempar ke1uar ketika dipukul dengan pentung. Silvanus,
anak keempat, dilemparkan dari tebing yang euram. Ketiga anak yang paling muda,
Alexander, Vitalis, dan Martial, dipancung dengan pedang. Felieitatis kemudian
dipancung dengan pedang yang sama.
·
Justinus, teolog Yunani
yang mendirikan sekolah filsafat Kristen di Roma dan menulis Apology dan
the Dialogue,juga menjadi martir se1ama masa penganiayaan ini.
·
Sanctus, diaken dari
Vienna, bagian tubuhnya yang paling lunak ditempeli plat tembaga panas menyala
dan dibiarkan di sana sampai seluruh tulangnya terbakar
·
Blandina seorang wanita
Kristen yang postur tubuhnya lemah sehingga ia dipandang tidak akan mampu
menjalani siksaan, tetapi ketabahannya sangat luar biasa sehingga penyiksanya
menjadi kecapaian dengan pekerjaan mereka yang jahat.
5. Penganiayaan kelima, di bawah Kaisar Lucius Septimus Severus (193-211 M)
·
Victor,
Uskup Roma,
menjadi martir pada tahun 201 M Leonidus, ayah Origen, filosof Kristen Yunani
yang terkenal atas penafsirannya terhadap Perjanjian Lama, dipancung.
·
Plutarchus,
Serenus, Heron, dan Herac1ides dipancung. Seorang wanita bernama Rhais dituangi aspal yang mendidih
di atas kepalanya dan kemudian dibakar, seperti juga ibunya, Marcella.
·
Irenaeus
(130-202 M), bapa Gereja Yunani dan Uskup Lyons, dilahirkan di Yunani dan
menerima pendidikan sekuler maupun Kristen. Dipercaya bahwa ia menulis kisah
penganiayaan di Lyons. Ia dipancung pada202 M.
·
Erpetua, seorang wanita yang
te1ah menikah yang masih menyusui bayinya; Felicitas, yang pada
saat itu sedang hamil, dan Revocatus dari Kartago, seorang budak yang sedang
diajar prinsip-prinsip kekristenan. Tahanan lainnya yang menderita pada saat
yang sama adalah Saturninus, Secundulus, dan Satur.
6. Penganiayaan keenam, di bawah
Kaisar Marcus Clodius Pupienus Maximus (164-238 M)
·
Pammachius dan keluarganya serta 42 orang Kristen lainnya dipancung pada
hari yang sama lalu kepala mereka dipertontonkan di pintu gerbang kota. Imam
Kristen, Calepodius, diseret sepanjang jalan-jalan Roma
7. Penganiayaan ketujuh, di Bawah
Kaisar Decius (249-251 M)
Penganiayaan
ini dimulai oleh Decius karena kebenciannya kepada pendahulunya Philip, yang
dipercaya adalah seorang Kristen, dan oleh kemarahannya karena kekristenan
berkembang dengan sangat cepat dan dewa-dewa kafir mulai ditinggalkan. Oleh
karena itu ia memutuskan untuk menyingkirkan agama Kristen beserta semua
pengikutnya. Penduduk Roma yang kafir sangat antusias untuk mendukung keputusan
Decius dan memandang bahwa pembunuhan orang-orang Kristen akan bermanfaat bagi
kekaisaran. Se1ama penganiayaan ini,jumlah para martir begitu banyak sehingga
tidak bisa dicatat oleh seorang pun juga. Di bawah ini ada beberapa nama mereka
: Peter,
Nichomachus
yang terkenal karena memiliki kualitas mental dan tubuh yang kuat, menolak
untuk mempersembahkan kurban bagi Dewi Venus ketika ia disuruh melakukannya, Andrew
dan Paul adalah dua orang Kristen yang menjadi ternan Nichomachus,
berpegang erat pada Kristus dan dirajam dengan batu sampai mati ketika mereka
berseru kepada Penebus mereka yang diberkati, Alexander dan Epimachus
(Di Alexandria), Trypho, dan Respisius (di Nice), Tujuh prajuritnya yang adalah
orang Kristen menolak untuk me1akukannya dan dimasukkan ke dalam penjara.
Mereka adalah: Konstantinus, Dionysius, Joannes, Malchus, Martianus, Maximianus, dan
Seraion.
8. Penganiayaan kedelapan, di Bawah
Kaisar Valerian (253-260 M)
Penganiayaan
ini dimulai pada bulan keempat pada tahun 257 M dan berlangsung se1ama tiga
setengah tahun. Jumlah martir dan tingkat penyiksaannya sarna seperti
penganiayaan sebelumnya.
9. Penganiayaan kesembilan di Bawah
Aurelian (Lucius Domitius Aurelianus) (270-275 M)
Ahli
sejarah mengenal Aurelian sebagai Kaisar Roma yang mengendalikan kaum barbar di
seberang Sungai Rhine ke bawah pengawasan kekaisaran dan merebut kem¬bali
Inggris, Prancis, Spanyol, Syria, dan Mesir menjadi bagian kekaisaran.
Orang-orang Kristen mengenalnya sebagai seorang barbar lain dan penganiaya
gereja Yesus Kristus. Penilik gereja di Roma, Felix, merupakan martir pertama
selama pemerintahan Aurelian. Felix dipancung di tahun 274 M.
10. Penganiayaan kesepuluh, di Bawah
Diocletian (284-305 M)
Penganiayaan
sebelumnya hanya merupakan pendahuluan untuk penganiayaan di bawah Diocletian -
ini adalah yang terburuk dari semuanya. Keinginannya untuk menghidupkan kembali
agama kafir Roma kuno bukan hanya menuntun pada penganiayaan orang-orang
Kristen, melainkan juga merupakan penganiayaan yang paling utama di kekaisaran
Romawi.
Pada
awal pemerintahannya, Diocletian bersikap lunak kepada orang-orang Kristen.
Namun, beberapa orang dibunuh sebelum penganiayaan yang besar meledak.
3.3 Konstantinus Agung (Kaisar Romawi :
306-337 M).
Tiga
peristiwa penting menandai pemerintahan Konstantinus. Ia merupakan kaisar
Romawi Kristen pertama, ia membuat agama Kristen sebagai agama resmi dan ia
mendirikan kota Konstantinopel. Konstantinopel menjadi ibukota Kekaisaran
Romawi Timur dan menjadi simbol kemenangan Kristen. Konstantinus mati pada
tanggal 22 Mei 327. Sebelum kematiannya, ia membagi kekaisaran Romawi di antara
ketiga anaknya yang masih hidup.
Ketika
Konstantinus pertama kali menjadi kaisar di Barat, ia menghadapi banyak masalah
dengan orang-orang lain yang juga merasa berhak atas takhtanya. Maximian telah
mundur sebagai kaisar dan anaknya, Maxentius, dipilih menjadi kaisar Romawi
oleh tentara. Senat Romawi sangat takut terhadap Maxentius dan
mereka ragu-ragu untuk melawannya. Maxentius memerintah di
Roma dengan kejahatan yang tidak bisa ditolerir. Ia bersikap seperti itu
sehingga banyak orang memandangnya sebagai Firaun atau Nero lainnya karena ia
menghukum mati banyak orang terhormat dan merampas harta mereka. Sering kali ia
meledak-ledak kemarahannya dan memerintahkan kepada para prajuritnya untuk membunuh
sejumlah besar penduduk Romawi.
Ketika
kedua pasukan terlibat peperangan, tentara Maxentius tidak mampu menahan
kekuatan yang baru ditemukan tentara yang berperang di bawah panji-panji salib
itu, dan ia dan tentaranya terdesak masuk ke kota. Dalam ketergesaan mereka
untuk melarikan diri dari kehebatan serangan Konstantinus, mereka berusaha
menyeberang jembatan yang mereka buat untuk menjebak tentara Konstantinus dan
mereka terperangkap sendiri. Jembatan sementara itu jatuh, terguling, dan
menjatuhkan banyak tentara; Maxentius dan kudanya ke dalam sungai dan
persenjataannya yang berat menariknya ke bawah lalu membenamkannya. Seolah-olah
kejadian tentara Firaun yang
3.4 Penganiayaan Selama Seribu Tahun Masa
Damai (Sekitar 320-1079 M)
Oleh
karena penganiayaan selama seribu tahun ini terpisah dan tersebar luas, kita
hanya memiliki sedikit catatan tentang orang-orangyang menjadi martir bagi
Kristus. Namun, masing-masing menceritakan kisah penderitaan dan kesengsaraan
yang sama, dan pada akhirnya kematian karena kasih mereka kepada Tuhan dan iman
kepada-Nya. Tentu saja Dia tetap menyertai mereka tidak peduli di mana pun
mereka menderita, memberikan kekuatan dan kesabaran kepada mereka untuk
bertahan sampai mereka masuk kemuliaan yang kekal, seperti halnya Dia bertahan
dan sekarang menunggu semua orang yang mati dalam nama-Nya dengan tangan
terbuka. Di bawah ini ada beberapa kisah dan tempat mereka
meninggal.
·
Persia:
Sekitar 320 M
Orang-orang
Kristen adalah musuh-musuh negara dan berkomunikasi dengan orang-orang Romawi,
yang merupakan musuh Persia yang dibenci. Hampir setiap perang dengan Romawi
selalu berakhir dengan tragis bagi orang-orang Persia. Sapores segera memerintahkan agar orang-orang Kristen dianiaya di
seluruh kekaisarannya. Jadi, banyak tokoh di gereja dan pemerintahan di Persia
yang saleh segera ditangkap dan dibunuh sebagai martir.
·
Mesir:
Sekitar 325-340 M
Kaum
Arian meningkat kekuasaannya dan mulai menganiaya orang-orang Kristen Ortodoks;
maksudnya, orang-orang Kristen yang berpegang pada iman ten tang keilahian
Kristus.
·
Romawi:
361 M
Pada
tahun 361 M, Konstantinus II mati, digantikan oleh Julian, yang memerintah
sebagai kaisar Romawi selama dua tahun. Meskipun dibesarkan dalam iman Kristen,
Kaisar Julian menyangkal kekristenan dan menyatakan bahwa ia seorang kafir.
Pada masa ini uskup Arezzo di Italia,
Donatus, Hilarinus, Gordian
disiksa dan dieksekusi.
·
Ancyra
atau Ankara, Turki: 362 M
Uskup Basil
dimasukkan ke dalam penjara karena menentang kekafiran dengan gigih. Uskup itu
menubuatkan kematian Kaisar dan berkata bahwa ia akan disiksa dalam kekekalan.
Julian menjadi marah ketika mendengar hal ini dan memerintahkan agar daging
Basil dicabik setiap hari di tujuh tempat berbeda sampai kulit dan dagingnya
tidak memiliki tempat yang tidak robek. Namun sebelum hal itu terjadi, Basil
sudah mening¬gal karena luka-lukanya yang sangat parah.
·
Polandia:
1079 M
Bolislaus,
yang adalah raja Polandia kedua, seorang yang ramah, tetapi memiliki hati yang
kejam. Ia segera dikenal atas tindakannya yang sadis. Stanislus, Uskup Cracow
di Sungai Vistula, dengan berani menceritakan kesalahan raja dalam percakapan
pribadinya dengan sang raja dengan harapan bahwa ia dapat menghentikan
kekejamannya terhadap rakyatnya.
Penganiayaan
terhadap orang-orang Kristen terjadi secara tak teratur selama hampir seribu
tahun, tetapi kemudian iblis sekali lagi mengikatkan dirinya di Romawi dan
mengirim para pekerjanya keluar dalam usaha sistematis lainnya untuk
menghancurkan gereja. Hanya kali ini penganiayaan tidak datang
dari orang-orang kafir, melainkan dari orang-orang yang menyebut diri mereka
sendiri sebagai orang Kristen dan yang tindakannya yang penuh kemarahan dan
sadis terhadap orang-orang yang berpaut pada iman kepada Kristus, jauh lebih
hebat daripada imajinasi orang-orang kafir yang paling liar.
3.5 Penganiayaan oleh Paus & Inkuisisi
(1208-1834)
3.5.1 Penganiayaan oleh Paus
Selama beberapa abad Gereja Roma
mengamuk di seluruh dunia seperti binatang buas yang kelaparan dan membunuh
ribuan orang yang percaya kepada Kristus yang sejati, menyiksa, dan memotong
tangan atau kaki ribuan orang lagi. Ini merupakan "Zaman Kegelapan" gereja. Kelompok Waldenses di Prancis
merupakan korban pertama amukan penganiayaan Paus.
3.5.2 Kelompok Waldenses
Sekitar
tahun 1173, Peter Waldo, atau Valdes, seorang pedagang Lyon yang kaya,
yang terkenal karena kesalehan dan pengetahuannya. Ia penentang yang kuat
terhadap kemakmuran dan penindasan paus. Sejumlah besar orang yang telah
mengalami pembaruan di Prancis bergabung dengannya - mereka kemudian dikenal
sebagai kelompok Waldenses. Waldo berusaha menyadarkan paus karena ia berpikir
bahwa paus bisa memengaruhi gereja di Roma, tetapi ia justru dikucilkan karena
dianggap bidat pada 1184. Tahun 1211, delapan puluh pengikut
Waldo ditangkap di kota Strasbourg, diperiksa oleh penyidik yang ditunjuk oleh
Paus dan dibakar di tiang.
3.5.3 Inkuisisi
di Spanyol
Selama
masa Inkuisisi di Spanyol diperkirakan ada sekitar 32.000 orang, yang
kesalahannya tidak lebih dari tidak sepaham dengan doktrin paus, atau yang te1ah
dituduh melakukan kejahatan takhayul, yang disiksa kemudian dibakar hidup-hidup.
Pada
tahun 1479 karena desakan penguasa Gereja Roma di Spanyol, Ferdinand II dari
Aragon, dan Isabella I dari Castile, Paus Sixtus IV membentuk Inkuisisi
Spanyol yang independen yang dipimpin oleh dewan tinggi dan pelaksana Inkuisisi
Agung.
Pada 1487 Paus
Innocentius VIII menunjuk rahib Dominikan Spanyol, Tomas
de Torquemada, sebagai pelaksana Inkuisisi Agung. Di bawah
kekuasaannya, ribuan orang Kristen, Yahudi, Muslim, penyihir yang dicurigai,
dan orang-orang lainnya terbunuh dan disiksa. Orang-orang yang berada dalam
bahaya terbesar karena Inkuisisi adalah kaum Protestan dan Alumbrados (penganut
mistik di Spanyol).
Meskipun
akhirnya ada penurunan dalam kekejamannya, Inkuisisi masih tetap bekerja dalam
satu bentuk atau bentuk lainnya sampai awal abad ke-19 - 1834 di Spanyol, dan
1821 di Portugal - yaitu saat kelompok ini diganti namanya, tetapi tidak
dihapuskan. Pada 1908, Inkuisisi direorganisir di bawah nama Congregation if the Holy Office dan
didefinisikan ulang selama Konsili Vatikan II oleh Paus Paulus VI sebagai Congregation of the Doctrine if the Faith.
Ketika
pasukan Napoleon menaklukkan Spanyol tahun 1808, seorang komandan pasukannya, Kolonel
Lemanouski, melaporkan bahwa pastor-pastor Dominikan mengurung diri
dalam biara mereka di Madrid. Ketika pasukan Lemanouski memaksa masuk, para
inquisitors itu tidak mengakui adanya ruang-ruang penyiksaan dalam biara
mereka. Tetapi, setelah digeledah, pasukan Lemanouski menemukan tempat-tempat
penyiksaan di ruang bawah tanah. Tempat-tempat itu penuh dengan tawanan,
semuanya dalam keadaan telanjang, dan beberapa diantaranya gila.
Pasukan
Perancis yang sudah terbiasa dengan kekejaman dan darah, sampai-sampai merasa
muak dengan pemandangan seperti itu. Mereka lalu mengosongkan ruang-ruang
penyiksaan itu, dan selanjutnya meledakkan biara tersebut.
"Memang setiap orang yang mau hidup beribadah
dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya"
(2
Timotius 3:12).
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Lily. Heroic
Faith. Surabaya: KDP. 2003.
C, Ira. Semakin
Dibabat Semakin Merambat. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2001.
Curtis,
A Kenneth. 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen. Jakarta: BPK
Gunung Mulia. 2011.
Departemen
Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka. 2005.
Douglas,
J.D. Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini-Jilid 2. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
2008.
http://www.sarapanpagi.org
The Hidden Stone in Our
Foundation-Edisi 2. Surabaya: KDP. 2000.
Wellem,
Dr.F.D. Kamus Sejarah Gereja.-Edisi
Revisi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2004.