Powered By Blogger

Rabu, 23 Januari 2013

Eksposisi Matius 26:39


Eksposisi Matius 26:39
Oleh Andreas Dwi Chrisdiantoro_STTIA Surabaya

MATIUS 26:39
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya:
 "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (TB)




BAB I
PENDAHULUAN

Dalam perjalanan iman kita sebagai orang Kristen, seringkali diperhadapkan pada situasi yang sangat sulit, sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Misalnya, baru saja merintis usaha yang baru. Di tengah perjalanan harus berhenti karena ditipu oleh rekan bisnis yang selama ini kita percayai. Suami baru saja keluar dari Rumah Sakit, sekarang gilirannya anak sakit dan harus dioperasi, sementara itu sudah tidak punya uang untuk membiayainya. Bingung rasanya. Tetapi, inilah sebuah kenyataan yang sering kita alami dalam realita hidup sehari-hari.
Dalam kondisi seperti ini, biasanya banyak orang yang bereaksi kepada Tuhan. Entah itu reaksinya positif atau negatif. Yang positif misalnya, menjadikan kondisi pahit yang sedang dialaminya untuk mengintrospeksi diri – memeriksa diri, mungkin ada maksud Tuhan yang belum dia mengerti. Tetapi yang negatif, dia akan protes Tuhan dan mempertanyakan eksistensi Tuhan. Apakah Tuhan itu ada? Apakah Tuhan itu mengasihi saya? Apakah Tuhan itu memperhatikan saya atau tidak? Lalu mulai menghitung jasa-jasanya di hadapan Allah. Saya sudah membayar perpuluhan. Saya sudah melayani Tuhan. Saya sudah berdoa dengan sungguh-sungguh. Saya sudah melakukan kehendak Allah dengan baik. Tetapi, mengapa semua ini menimpa hidup saya.
Namun, saat ini kita akan belajar dari Yesus. Yesus adalah Tuhan. Yesus adalah Allah. Yesus adalah Tuhan atas segalanya. Namun dalam rangka menjalankan misi Bapa di dunia ini, juga menghadapi masa-masa penuh pergumulan. Masa-masa penuh penderitaan.
Pergumulan di Getsemani adalah sebuah pergumulan yang sangat berat bagi Yesus. Pergumulan saat-saat terakhir menghadapi salib. Pergumulan untuk menanggung dosa dunia ini. Dia harus bergumul untuk kesalahan dan dosa umat manusia yang telah mengkhianati Allah.
Dalam menghadapi pergumulan itu, apakah yang Yesus lakukan? Alkitab mengatakan : Yesus Berdoa.[1]

  1. Latar Belakang Masalah
Injil Matius dan Injil Markus menempatkan awal pengkhianatan Yudas Iskariot setelah peristiwa pengurapan Yesus oleh Maria, saudara Lazarus, di rumah Simon si kusta, di kota Betania, 6 hari sebelum Paskah. Injil Yohanes mencatat bahwa Yudas Iskariot menggalang murid-murid Yesus untuk menunjukkan rasa tidak senang, bahwa minyak narwastu yang mahal itu dibuang percuma untuk mengurapi kepala dan kaki Yesus Kristus. Hal itu dikatakannya bukan karena Yudas memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Yesus menegurnya bahwa pengurapan ini untuk mempersiapkan penguburan-Nya, sehingga kemungkinan Yudas menjadi marah tersinggung dan juga kecewa karena Yesus tidak berniat untuk memberontak terhadap orang Romawi, melainkan malah bersiap untuk mati.
Karena itu masuklah Iblis ke dalam Yudas, dan pergilah ia kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka. Yudas berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka sangat gembira waktu mendengarnya dan mereka berjanji akan memberikan uang kepadanya, 30 uang perak. Dan mulai saat itu Yudas mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus tanpa setahu orang banyak. 

  1. Latar Belakang Ayat
2.1  Kitab
Injil Matius adalah satu di antara empat Injil Perjanjian Baru (PB). Injil secara tradisi disalin dalam urutan dengan Matius terlebih dulu, disusul dengan Markus, Lukas dan Yohanes. Bersama-sama Injil Markus dan Lukas, Injil ini digolongkan Injil sinoptis.
Kitab Matius mempunyai amanat tentang "Kabar Baik" (injil; bahasa Inggris: gospel) bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Tuhan, ini dapat terlihat melalui contoh Doa Bapa Kami. Melalui Kerajaan Allah inilah Yesus Kristus akan memulihkan kondisi Bumi dan kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, hal inilah yang akan menjadi kesaksian bagi semua bangsa, barulah akhir sistem dunia ini berakhir. Melalui Yesus itulah Tuhan menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.

2.2  Penulis
Kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M menyatakan bahwa injil ini ditulis oleh Matius.[2]  Dia anak Alfeus (Mat.9:9, 10:3, Mrk.2:14). Dia disebut “pemungut cukai” (Yun, “Telones”). Matius penulis Injil ini dianggap sama dengan Matius pemungut cukai, yang bertobat lalu mengikuti Yesus.[3]  Dalam Injil Markus dan Injil Lukas, Matius pemungut cukai ini disebut Lewi.[4] Meskipun ada yang menduga ditulis oleh Matius lain yang hidup 80 tahun setelah Yesus wafat. Namun, penemuan naskah papirus yang sekarang disimpan di Magdalen College, Oxford, Inggris, menunjukkan bahwa Injil Matius ini sudah selesai ditulis sebelum tahun 66 M.[5]

2.3  Tujuan
Matius menulis Injil ini:
1.      Untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
2.      Untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama, yang sudah lama dinantikan, dan
3.      Untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa:
1.      Hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis (yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi).
2.      Hanya pada akhir zaman, Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.



BAB II
MATIUS 26:39
(Lukas 22:41-46; Markus 14:34-36)
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (TB)
 BIS
(Bahasa Indonesia Sehari-hari)
Sekali lagi Yesus pergi berdoa, kata-Nya, "Bapa, kalau penderitaan ini harus Aku alami, dan tidak dapat dijauhkan, biarlah kemauan Bapa yang jadi."
TL
(Terjemahan Lama)
Maka berjalanlah Ia ke hadapan sedikit, lalu sujudlah Ia berdoa, kata-Nya, "Ya Bapa-Ku, jikalau boleh, biarlah kiranya cawan ini lepas daripada-Ku; tetapi di dalam itu pun bukannya kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu juga."
NIV
(New International Version)
He went away a second time and prayed, "My Father, if it is not possible for this cup to be taken away unless I drink it, may your will be done."
NKJV
(New King James Version)
He went a little farther and fell on His face, and prayed, saying, "O My Father, if it is possible, let this cup pass from Me; nevertheless, not as I will, but as You will."
BGT (Greek LXX)
pa/lin ejk deute/rou ajpelqwVn proshuvcato levgwn. Pavter mou, eij ouj dunatai tou=to parelqei=n ejaVn mhV aujtoV pivw, genhqhvtw toV qevlhmav sou.
         Sumber: Bibleworks 7 (software/program).


2.1 ANALISIS KONTEKS
Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya (Yoh. 18:1). Tempat itu bernama Getsemani[6]  (Mat.26:36; Mrk. 14:32).
2.1.1        Yesus Berdoa tiga Kali
Waktu Yesus masih berbicara datanglah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan besar orang, sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang membawa senjata (pedang dan pentung) lengkap dengan lentera dan suluh, disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan tua-tua bangsa Yahudi. Yudas berjalan di depan mereka.
Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya. Yudas yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: "Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia." Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata: "Salam Rabi," lalu mencium Dia. Maka kata Yesus kepadanya: "Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?" (Matius mencatat: "Hai teman, untuk itukah engkau datang?").
2.1.2        Ciuman Yudas
Waktu Yesus masih berbicara datanglah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan besar orang, sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang membawa senjata (pedang dan pentung) lengkap dengan lentera dan suluh, disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan tua-tua bangsa Yahudi. Yudas berjalan di depan mereka.
Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya. Yudas yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: "Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia." Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata: "Salam Rabi," lalu mencium Dia. Maka kata Yesus kepadanya: "Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?" (Matius mencatat: "Hai teman, untuk itukah engkau datang?"

2.1.3        Murid-murid melarikan diri
Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri  Mat. 26:56; Mrk.14:50; Luk. 22:51). Ada seorang muda, yang pada waktu itu hanya memakai sehelai kain lenan untuk menutup badannya, mengikuti Dia. Mereka hendak menangkapnya, tetapi ia melepaskan kainnya dan lari dengan telanjang (Mrk. 14:51-52).

2.1.4        Yesus ditangkap
Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar (Yoh. 18:12-13).

2.2 ANALISIS KATA
2.2.1 Maka Ia maju sedikit.(TB)
Yesus menyingkir dari mereka. Jiwa yang sangat berduka merasa terhibur bila dia hanya berdua dengan Allah, yang mengerti setiap rintihan dan ratap tangis.[7] Di sini Yesus mengajarkan bahwa doa pribadi pula, tanpa diketahui orang lain.
 2.2.2  Ia….sujud
Ungkapan ini berasal dari arti harafiah ”Ia jatuh pada muka-Nya”, yaitu Ia jatuh dengan muka mencium tanah. Namun arti harafiah ini bisa menimbulkan kesan jatuh secara tidak sengaja. Padahal yang dimaksudkannya adalah posisi berdoa dengan sungguh-sungguh (Lihat Kej.17:3, 17; Bil.14:5; 16:4; Yos.7:6). Beberapa terjemahan menuliskan “menelungkupkan diri ke tanah untuk berdoa”.
Sikap tubuh-Nya waktu berdoa. Dia sujud. Posisi-Nya yang tersungkur menandakan:
  1. Penderitaan yang Ia rasakan dan kesedihan-Nya yang amat sangat. Ayub, dalam kesengsaraannya, jatuh tersungkur ke tanah. Ayub, dalam kesengsaraannya, jatuh tersungkur ke tanah. Kegentaran juga ditunjukkan dengan menggulingkan diri dalam debu (Mi.1:10).
  2. Kerendahan hati-Nya ketika berdoa. Sikap tubuh ini menunjukkan eulabeia-rasa takut yang disertai rasa hormat terhadap Allah (yang disinggung dalam Ibr.5:7), saat Dia mempersembahkan doa, yaitu dalam keadaan-Nya yang terhina, di mana Ia pun menyesuaikan diri terhadap keadaan itu.

2.2.3 Ya Bapa-Ku
Matius menuliskan doa Yesus dalam kalimat langsung. Ya Bapa-Ku mengingatkan pada sapaan “Bapa Kami” dalam Doa Bapa Kami (6:9).
Setebal apapun awan yang menghalangi, Dia tetap bisa melihat Allah sebagai Bapa, Perhatikan, dalam segala sebutan kita untuk Allah, kita harus melihat-Nya sebagai Bapa, Bapa kita sendiri. Hal ini terutama paling memberi penghiburan ketika dilakukan saat kita sedang menderita. Sebutan Bapa-Ku terdengar seperti alunan senar harpa yang merdu di saat-saat seperti itu. Ke manakah si anak harus mengadu saat ia sedang bersedih hati, selain kepada bapanya????

2.2.4 Jikalau sekiranya mungkin
Ungkapan ini dapat juga diterjemahkan “kalau boleh” dalam beberapa bahasa. Namun sering kali ungkapan itu perlu diubah menjadi anak kalimat aktif dengan menyebutkan Allah sebagai pelakunya, misalnya “kalau Bapa bersedia melakukannya”, “kalau Bapa mengijinkan”.[8]
Dia menyebutkan penderitaan-Nya itu seperti cawan. Dia meminta supaya cawan itu lalu dari pada-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa Dia tentu benar-benar seorang manusia dan sebagai seorang manusia Dia tentu saja tidak menyukai rasa sakit dan derita. Ia benar-benar dipilih dari antara manusia (Ibr.5:1) dan turut merasakan kelemahan kita (Ibr.4:15).[9]

2.2.5 Cawan ini
Terjemahan harafiah cawan ini (bnd. Mat.20:22) dalam terjemahan tertentu dituliskan “cawan penderitaan ini”. Dalam PL, cawan atau piala kadang-kadang dipakai sebagai lambang penghukuman dan pembalasan (Yes.51:17; Yer.49:12; Yeh.23:32). Namun di sini kata itu dipakai untuk penderitaan, yang diungkapkan dengan jelas dalam beberapa terjemahan modern. Beberapa terjemahan lainnya menghilangkan kiasan-kiasan dan menuliskan “penderitaan ini” contohnya: penderitaan yang Aku harus alami ini (BIMK/BIS), “siksaan pahit ini” atau “cobaan berat ini”.
Biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku: ungkapan ini bisa agak lebih harafiah kalau diterjemahkan sebagai “izinkanlah agar cawan penderitaan ini lepas dari-Ku”, atau “izinkan Aku untuk tidak harus mengambil cawan penderitaan ini”. Contoh lain dalam bentuk permintaan atau seruan, misalnya “tolong, ambillah cawan penderitaan ini”, atau “biarkan Aku terhindar dari keharusan mengalami penderitaan ini”.
2.2.6 Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan…
Ungkapan ini diterjemahkan dari kata-kata yang secara harafiah berarti “tetapi jangan seperti Aku inginkan/ kehendaki, melainkan seperti Engkau (inginkan/ kehendaki)”. Ini bisa diterjemahkan menjadi misalnya “tetapi hal yang akan terjadi janganlah dengan cara Aku inginkan”. BIMK menuliskan dengan lebih singkat, tetapi jangan menurut kemauan-Ku.
Sikap-Nya benar-benar berserah untuk melakukan kehendak Allah. Bukan berarti bahwa kehendak manusia yang ada dalam diri Kristus berlawanan dengan kehendak sorgawi. Dan alasan mengapa Kristus berserah untuk menjalani penderitaan-Nya, adalah demi melaksanakan kehendak Bapa-Nya, seperti yang Engkau kehendaki (ay.39).

2.2.7 Melainkan seperti yang Engkau kehendaki
Bagian kalimat ini dalam BIMK dituliskan melainkan menurut kemauan Bapa saja. Suatu terjemahan lain membalikkan urutan kedua anak kalimat itu, menjadi ”Tetapi yang seharusnya terjadi adalah yang Bapa inginkan, bukan yang Aku inginkan”.
            Dia mengucapkan doa-Nya yang sama (ton  auton  logon/kata yang sama) untuk ketiga kalinya. Wajar jika kita berpikir bahwa bukan itu saja yang dikatakan-Nya dalam doa-Nya malam itu, karena dalam ayat 40 dapat dilihat bahwa Dia terus berjuang dalam derita-nya dan berdoa selama satu jam. Akan tetapi, apapun itu yang di doakan-Nya, pastilah berkaitan dengan permohonan-Nya supaya dilalukan dari penderitaan yang sedang menjelang, namun Ia tetap berserah pada kehendak allah dalam penderitaan itu, tanpa terkekang dengan apapun ungkapan yang Ia pakai untuk menyatakan hal itu.                               



 BAB III
KESIMPULAN

Pertama, Doa Sumber Kekuatan Menghadapi Masa Sulit (Matius 26:36-38)
Yesus memberikan teladan yang sangat baik bagi kita. Ternyata masalah bukanlah untuk dihindari, tetapi untuk diselesaikan. Dan, cara penyelesaiannyapun harus benar. Yesus tidak menghindar dari kenyataan yang ada. Yesus tidak menghindar dari kehendak Bapa atas diri-Nya.
Banyak orang berpikir bahwa doa adalah sesuatu yang sia-sia. Sesuatu yang tidak ada gunanya. Bahkan mungkin ada yang berpikir bahwa doa adalah kerjanya orang-orang nganggur. Atau, kerjanya orang-orang tua yang tidak mempunyai kegiatan. Untuk mengisi waktu lowong maka dia berdoa. Benarkah demikian?
Yesus memberi teladan, bahwa doa bukanlah pekerjaan yang sia-sia. Kalau doa sesuatu yang sia-sia, sangat tidak mungkin Yesus berdoa. Kalau doa sesuatu yang sia-sia, tidak mungkin Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami.
Ketika Yesus berada dalam pergumulan berat, Dia berdoa kepada Bapa di Surga. Ada orang yang berpendapat bahwa kekuatan dan kemenangan Yesus menghadapi penderitaan berawal dari doanya di Getsemani. Saya setuju dengan pendapat itu. Mengapa ? Karena Kitab Suci mengatakan :
Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan. (Mazmur 145:18)
Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya (Mazmur 34:19)

Kedua, Doa Tidak Memaksakan Kehendak Kepada Bapa (Matius 26:39-40) 
Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa Allah memiliki kewajiban untuk menjawab dengan cara yang kita inginkan atau hanya karena banyak orang yang berdoa. Ketika Anak Allah, Yesus Kristus Tuhan menderita di Getsemani, Dia mengajukan permohonan dengan penyerahan yang rendah hati kepada Bapa-Nya dan berkata:...”jadilah kehendak-Mu (Matius 26:42)”.
Prinsip doa di Getsemani itu harus mendominasi doa-doa kita. Kehendak Bapa selalu mengandung kasih dan hikmat yang tidak terbatas. Oleh karena itu, daripada memaksa Allah karena mengira bahwa Dia wajib menjawab doa yang kita kehendaki, seharusnya kita sebagai anak-anak yang percaya kepada-Nya dengan senang hati menyerahkan semua keinginan kita kepada-Nya. Apapun yang Dia anugerahkan akan terbukti menjadi berkat terbaik dalam hidup kita.

Ketiga, Semangat Doa Tidak Terpengaruh Keadaan.
Dalam masa-masa penuh pergumulan, biasanya kita sangat membutuhkan teman yang dapat menopang kita dalam pergumulan yang sedang dihadapi. Hal ini tentunya sangat baik dan diperlukan. Di antara saudara-saudara seiman kita sering mendengarkan kata-kata seperti ini. “Doakan saya ya, saya sedang berada dalam masalah yang berat”. Namun masalahnya, jika tidak ada yang mendukung bagaimana?
Tuhan Yesus dalam pergumulan di Getsemani mengalami kesendirian juga. Memang Dia membawa murid-murid-Nya, Petrus, Yakobus dan Yohanes, namun tidak bisa berjuang bersama Dia karena rasa ngantuk yang menyerang. Murid-murid malah tertidur (39, 42, 44). Murid-murid seharusnya mendukung sang Guru yang sedang bergumul. Tetapi kenyataannya mereka membiarkanNya seorang diri.
Namun, apakah Yesus patah semangat? Ternyata, tidak! 


 BAB IV
APLIKASI

Bagaimana dengan perjuangan doa kita selama ini ?
  • Apakah kita selalu mencari Tuhan tatkala kesulitan besar menindih hidup ini?
  • Apakah kita selalu berdoa dengan rendah hati dan tidak memaksakan kehendak kepada Bapa?
  • Apakah doa kita tidak terpengaruh dengan kondisi buruk yang kita alami dan berada di sekitar kita?

Mari kita belajar untuk senantiasa ingat apa yang dialami Yesus di Taman Getsemani ketika masalah itu datang. Kita harus tetap percaya bahwa ada Tuhan yang memperdulikan kita dan menolong kita di saat kesesakan itu datang (problema). Tetaplah untuk senantiasa berdoa kepada-Nya dan bersyukur kepada Tuhan di saat suka maupun duka. Ketika kita menderita, perhatikan. Mungkin itulah saat dimana kita berada paling dekat dengan Tuhan. Kita harus semakin mendekat kepada Tuhan dan tergantung pada-Nya.
Kita juga harus semakin merendahkan diri di hadapan Tuhan. Sebagian besar doa-doa kita adalah daftar doa untuk pemenuhan kebutuhan dan bukan doa yang membutuhkan Tuhan. Sekarang kita harus mengubah paradigma kita dalam setiap permohonan doa. Biarkan kehendak Tuhan yang jadi dan bukan kehendak kita/kemauan kita. Terkadang kita terlalu egois dalam berdoa. Tidak mau mengerti apa yang Tuhan mau/ rindukan dalam setiap doa-doa permohonan kita.
Berdoa dengan tanpa dipengaruhi oleh keadaan adalah sangat baik. Walaupun tidak ada yang mendukung kita dalam menghadapi masalah tersebut. Tetaplah kita senantiasa tetap berdoa dan berserah kepada Tuhan. Dialah Tuhan yang mengerti dan sanggup membuka jalan setiap pergumulan dan yang akan menolong kita yang berharap pada-Nya. Kita harus senantiasa bersyukur..


DAFTAR PUSTAKA

Bibleworks 7 (software/program).
Douglas, J.D. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini-Jilid 1-2. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih. 2008.
Guthrie, Donald. Pengantar Perjanjian Baru. Surabaya: Momentum. 2008.
Guthrie, Donald. Tafsiran Alkitab Masa Kini-Jilid 3. Jakarta: Yayasan Komunikasi  Bina Kasih. 2006.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2006.
Henry, Matthew. Injil Matius 15-28. Surabaya: Momentum. 2008.
http://id.wikipedia.org
http://newsletters.cephasministry.com/papyrus6.99.htm
http://www.ppa.or.id
http://www.sabda.org
LAI. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. 2011.
MacArthur, Jr. Jesus’ Pattern of Prayer. Chicago: Moody. 1981.
Newman, Dr. Barclay. Pedoman Penafsiran Alkitab: Injil Matius-Edisi Kedua. Jakarta: LAI. 2008.
Tenney, Merril C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas. 2003.
Tulluan, Rev. Ollo. Introduksi Perjanjian Baru. Malang: YPPI. 2008.


[1] Dalam bahasa Yunani, kata berdoa adalah proseuvxomai (prosefkhomai). Ini berasal dari dua kata yaitu provs  (pros) dan  eujvxomai (efkhomai). Pros adalah kata depan atau preposisi yang berguna untuk menekankan intensitas dari kata yang mengikutinya sekaligus menunjuk kepada arah ke depan. Sedangkan efkhomai berarti “harapan” atau “kehendak”. Secara etimologi kata berdoa berarti “harapan dan keinginan yang kuat ke depan,” atau “harapan dan keinginan yang sangat kuat untuk mendatang.”
Definisi doa adalah hubungan persekutuan dengan Allah, atau lebih tepatnya Doa adalah komunikasi pribadi dengan Allah. Menurut KBBI adalah permohonan, harapan, permintaan, pujian kepada Tuhan.
[2] http://id.wikipedia.org
[3] Bdk. Mat 10: 2-4; Mrk 3: 16-19; Luk 6:13-16; Kis 1:13
[4] Bdk. Mat 9:9
[5] http://newsletters.cephasministry.com/papyrus6.99.htm
[6] Tempat di mana Yesus membawa para murid untuk berdoa sebelum Yesus ditangkap, dalam bahasa Yunani ditulis Geqshmani - Gethsêmani. Kata ini padanan bahasa Aram Gath-Šmânê, pemerasan minyak atau tempat minyak (maksudnya minyak zaitun).
[7] Pernyataan Calvin berikut ini perlu diingat: “Alangkah baiknya bila kita menyendiri untuk berdoa, karena jiwa yang setia dapat mengungkapkan segala permohonan, ratapan, kekuatiran, ketakutan, harapan, dan sukacita dengan cara yang sederhana dan intim ke hadapan Allah.
[8] Lihat LAI. Pedoman Penafsiran Alkitab. Jakarta: LAI. 2008. Hal.822.
[9] Bahkan dalam Luk.22:44, tentang peluh yang seperti titik-titik darah, menurut Dr. Frederick Zugibe (Kepala Penguji Medis dari Rockland County, New York) kondisi ini luas diketahui, dan telah banyak kasus seperti ini. Istilah klinisnya adalah "hematohidrosis." "Sekitar kelenjar keringat, ada banyak pembuluh darah berbentuk seperti jaring." Di bawah tekanan yang besar pembuluh - pembuluh tersebut menyusut. Kemudian saat kegelisahan berlalu "pembuluh darah mengembang sampai mencapai ambang pecah. Darah mengalir masuk ke kelenjar keringat." Sementara kelenjar keringat menghasilkan banyak keringat, darah terdorong ke permukaan kulit - keluar sebagai tetesan darah.