Eksposisi Matius 26:39
Oleh Andreas Dwi Chrisdiantoro_STTIA Surabaya
MATIUS
26:39
Maka
Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya:
"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (TB)
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam perjalanan iman
kita sebagai orang Kristen, seringkali diperhadapkan pada situasi yang sangat
sulit, sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Misalnya, baru saja merintis
usaha yang baru. Di tengah perjalanan harus berhenti karena ditipu oleh rekan
bisnis yang selama ini kita percayai. Suami baru saja keluar dari Rumah Sakit,
sekarang gilirannya anak sakit dan harus dioperasi, sementara itu sudah tidak
punya uang untuk membiayainya. Bingung rasanya. Tetapi, inilah sebuah kenyataan
yang sering kita alami dalam realita hidup sehari-hari.
Dalam kondisi seperti
ini, biasanya banyak orang yang bereaksi kepada Tuhan. Entah itu reaksinya
positif atau negatif. Yang positif misalnya, menjadikan kondisi pahit yang
sedang dialaminya untuk mengintrospeksi diri – memeriksa diri, mungkin ada
maksud Tuhan yang belum dia mengerti. Tetapi yang negatif, dia akan protes
Tuhan dan mempertanyakan eksistensi Tuhan. Apakah Tuhan itu ada? Apakah Tuhan
itu mengasihi saya? Apakah Tuhan itu memperhatikan saya atau tidak? Lalu mulai
menghitung jasa-jasanya di hadapan Allah. Saya sudah membayar perpuluhan. Saya
sudah melayani Tuhan. Saya sudah berdoa dengan sungguh-sungguh. Saya sudah
melakukan kehendak Allah dengan baik. Tetapi, mengapa semua ini menimpa hidup saya.
Namun, saat ini kita
akan belajar dari Yesus. Yesus adalah Tuhan. Yesus adalah Allah. Yesus adalah
Tuhan atas segalanya. Namun dalam rangka menjalankan misi Bapa di dunia ini,
juga menghadapi masa-masa penuh pergumulan. Masa-masa penuh penderitaan.
Pergumulan di Getsemani
adalah sebuah pergumulan yang sangat berat bagi Yesus. Pergumulan saat-saat
terakhir menghadapi salib. Pergumulan untuk menanggung dosa dunia ini. Dia
harus bergumul untuk kesalahan dan dosa umat manusia yang telah mengkhianati
Allah.
Dalam menghadapi pergumulan itu, apakah
yang Yesus lakukan? Alkitab mengatakan : Yesus Berdoa.[1]
- Latar Belakang Masalah
Injil Matius dan Injil Markus menempatkan awal
pengkhianatan Yudas Iskariot setelah peristiwa pengurapan Yesus oleh Maria,
saudara Lazarus, di rumah Simon si kusta, di kota Betania, 6 hari sebelum
Paskah. Injil Yohanes mencatat bahwa Yudas Iskariot menggalang murid-murid
Yesus untuk menunjukkan rasa tidak senang, bahwa minyak narwastu yang mahal itu
dibuang percuma untuk mengurapi kepala dan kaki Yesus Kristus. Hal itu
dikatakannya bukan karena Yudas memperhatikan nasib orang-orang miskin,
melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang
disimpan dalam kas yang dipegangnya. Yesus menegurnya bahwa pengurapan ini
untuk mempersiapkan penguburan-Nya, sehingga kemungkinan Yudas menjadi marah
tersinggung dan juga kecewa karena Yesus tidak berniat untuk memberontak
terhadap orang Romawi, melainkan malah bersiap untuk mati.
Karena itu masuklah Iblis ke dalam Yudas, dan
pergilah ia kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan
berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka.
Yudas berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku
menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka sangat gembira waktu mendengarnya dan
mereka berjanji akan memberikan uang kepadanya, 30 uang perak. Dan mulai saat
itu Yudas mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus tanpa setahu
orang banyak.
- Latar Belakang Ayat
2.1 Kitab
Injil Matius adalah satu di antara empat Injil
Perjanjian Baru (PB). Injil secara tradisi disalin dalam urutan dengan Matius
terlebih dulu, disusul dengan Markus, Lukas dan Yohanes. Bersama-sama Injil
Markus dan Lukas, Injil ini digolongkan Injil sinoptis.
Kitab Matius mempunyai amanat tentang "Kabar
Baik" (injil; bahasa Inggris: gospel) bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat
yang dijanjikan oleh Tuhan, ini dapat terlihat melalui contoh Doa Bapa Kami.
Melalui Kerajaan Allah inilah Yesus Kristus akan memulihkan kondisi Bumi dan
kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, hal inilah yang akan menjadi kesaksian
bagi semua bangsa, barulah akhir sistem dunia ini berakhir. Melalui Yesus
itulah Tuhan menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama
kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai
orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja
melainkan untuk seluruh dunia.
2.2 Penulis
Kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak
kira-kira tahun 130 M menyatakan bahwa injil ini ditulis oleh Matius.[2] Dia anak Alfeus (Mat.9:9, 10:3, Mrk.2:14).
Dia disebut “pemungut cukai” (Yun, “Telones”). Matius penulis Injil ini
dianggap sama dengan Matius pemungut cukai, yang bertobat lalu mengikuti Yesus.[3] Dalam Injil Markus dan Injil Lukas, Matius
pemungut cukai ini disebut Lewi.[4]
Meskipun ada yang menduga ditulis oleh Matius lain yang hidup 80 tahun setelah
Yesus wafat. Namun, penemuan naskah papirus yang sekarang disimpan di Magdalen
College, Oxford, Inggris, menunjukkan bahwa Injil Matius ini sudah selesai
ditulis sebelum tahun 66 M.[5]
2.3 Tujuan
Matius menulis Injil ini:
1.
Untuk memberikan
kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
2.
Untuk meyakinkan
pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang dinubuatkan oleh nabi-nabi
Perjanjian Lama, yang sudah lama dinantikan, dan
3.
Untuk
menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus
dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa:
1.
Hampir semua
orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia
datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis (yang
akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi).
2.
Hanya pada akhir
zaman, Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk
menghakimi dan memerintah semua bangsa.
BAB
II
MATIUS
26:39
(Lukas 22:41-46; Markus 14:34-36)
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud
dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah
cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (TB)
BIS
(Bahasa Indonesia Sehari-hari)
|
Sekali lagi Yesus pergi berdoa, kata-Nya, "Bapa,
kalau penderitaan ini harus Aku alami, dan tidak dapat dijauhkan, biarlah
kemauan Bapa yang jadi."
|
TL
(Terjemahan Lama)
|
Maka berjalanlah Ia ke hadapan sedikit, lalu sujudlah
Ia berdoa, kata-Nya, "Ya Bapa-Ku, jikalau boleh, biarlah kiranya cawan
ini lepas daripada-Ku; tetapi di dalam itu pun bukannya kehendak-Ku,
melainkan kehendak-Mu juga."
|
NIV
(New International Version)
|
He went away a second time and
prayed, "My Father, if it is not possible for this cup to be taken away
unless I drink it, may your will be done."
|
NKJV
(New King James Version)
|
He went a little farther and fell
on His face, and prayed, saying, "O My Father, if it is possible, let
this cup pass from Me; nevertheless, not as I will, but as You will."
|
BGT (Greek LXX)
|
pa/lin ejk deute/rou
ajpelqwVn proshuvcato levgwn. Pavter mou, eij ouj dunatai tou=to parelqei=n
ejaVn mhV aujtoV pivw, genhqhvtw toV qevlhmav sou.
|
Sumber: Bibleworks 7
(software/program).
2.1 ANALISIS KONTEKS
Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke seberang
sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama
dengan murid-murid-Nya (Yoh. 18:1).
Tempat itu bernama Getsemani[6] (Mat.26:36; Mrk. 14:32).
2.1.1
Yesus Berdoa tiga Kali
Waktu Yesus masih berbicara datanglah Yudas,
salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan
besar orang, sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang membawa
senjata (pedang dan pentung) lengkap dengan lentera dan suluh, disuruh oleh
imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan tua-tua bangsa
Yahudi. Yudas berjalan di depan mereka.
Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya.
Yudas yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka:
"Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia." Dan segera ia
maju mendapatkan Yesus dan berkata: "Salam Rabi," lalu mencium Dia.
Maka kata Yesus kepadanya: "Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia
dengan ciuman?" (Matius mencatat: "Hai teman, untuk itukah engkau
datang?").
2.1.2
Ciuman Yudas
Waktu
Yesus masih berbicara datanglah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid
itu, dan bersama-sama dia serombongan besar orang, sepasukan prajurit dan
penjaga-penjaga Bait Allah yang membawa senjata (pedang dan pentung) lengkap
dengan lentera dan suluh, disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat,
orang-orang Farisi dan tua-tua bangsa Yahudi. Yudas berjalan di depan mereka.
Yudas
mendekati Yesus untuk mencium-Nya. Yudas yang menyerahkan Dia telah
memberitahukan tanda ini kepada mereka: "Orang yang akan kucium, itulah
Dia, tangkaplah Dia." Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata:
"Salam Rabi," lalu mencium Dia. Maka kata Yesus kepadanya: "Hai
Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?" (Matius mencatat:
"Hai teman, untuk itukah engkau datang?"
2.1.3
Murid-murid
melarikan diri
Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan
diri Mat. 26:56; Mrk.14:50; Luk. 22:51).
Ada seorang muda, yang pada waktu itu hanya memakai sehelai kain lenan untuk
menutup badannya, mengikuti Dia. Mereka hendak menangkapnya, tetapi ia
melepaskan kainnya dan lari dengan telanjang (Mrk. 14:51-52).
2.1.4
Yesus
ditangkap
Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan
penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu
Dia. Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua
Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar (Yoh. 18:12-13).
2.2 ANALISIS KATA
2.2.1 Maka Ia maju sedikit.(TB)
Yesus menyingkir dari
mereka. Jiwa yang sangat berduka merasa terhibur bila dia hanya berdua dengan
Allah, yang mengerti setiap rintihan dan ratap tangis.[7]
Di sini Yesus mengajarkan bahwa doa pribadi pula, tanpa diketahui orang lain.
2.2.2 Ia….sujud
Ungkapan ini berasal
dari arti harafiah ”Ia jatuh pada muka-Nya”, yaitu Ia jatuh dengan muka mencium
tanah. Namun arti harafiah ini bisa menimbulkan kesan jatuh secara tidak
sengaja. Padahal yang dimaksudkannya adalah posisi berdoa dengan
sungguh-sungguh (Lihat Kej.17:3, 17; Bil.14:5; 16:4; Yos.7:6). Beberapa
terjemahan menuliskan “menelungkupkan diri ke tanah untuk berdoa”.
Sikap tubuh-Nya waktu berdoa. Dia sujud.
Posisi-Nya yang tersungkur menandakan:
- Penderitaan yang Ia rasakan dan kesedihan-Nya yang amat sangat. Ayub, dalam kesengsaraannya, jatuh tersungkur ke tanah. Ayub, dalam kesengsaraannya, jatuh tersungkur ke tanah. Kegentaran juga ditunjukkan dengan menggulingkan diri dalam debu (Mi.1:10).
- Kerendahan hati-Nya ketika berdoa. Sikap tubuh ini menunjukkan eulabeia-rasa takut yang disertai rasa hormat terhadap Allah (yang disinggung dalam Ibr.5:7), saat Dia mempersembahkan doa, yaitu dalam keadaan-Nya yang terhina, di mana Ia pun menyesuaikan diri terhadap keadaan itu.
2.2.3 Ya Bapa-Ku
Matius menuliskan doa
Yesus dalam kalimat langsung. Ya Bapa-Ku
mengingatkan pada sapaan “Bapa Kami” dalam Doa Bapa Kami (6:9).
Setebal apapun awan
yang menghalangi, Dia tetap bisa melihat Allah sebagai Bapa, Perhatikan, dalam
segala sebutan kita untuk Allah, kita harus melihat-Nya sebagai Bapa, Bapa kita
sendiri. Hal ini terutama paling memberi penghiburan ketika dilakukan saat kita
sedang menderita. Sebutan Bapa-Ku terdengar seperti alunan
senar harpa yang merdu di saat-saat seperti itu. Ke manakah si anak harus
mengadu saat ia sedang bersedih hati, selain kepada bapanya????
2.2.4 Jikalau sekiranya mungkin
Ungkapan ini dapat juga
diterjemahkan “kalau boleh” dalam beberapa bahasa. Namun sering kali ungkapan
itu perlu diubah menjadi anak kalimat aktif dengan menyebutkan Allah sebagai
pelakunya, misalnya “kalau Bapa bersedia melakukannya”, “kalau Bapa
mengijinkan”.[8]
Dia menyebutkan
penderitaan-Nya itu seperti cawan. Dia meminta supaya cawan itu lalu dari
pada-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa Dia tentu benar-benar seorang manusia dan
sebagai seorang manusia Dia tentu saja tidak menyukai rasa sakit dan derita. Ia
benar-benar dipilih dari antara manusia (Ibr.5:1) dan turut merasakan kelemahan
kita (Ibr.4:15).[9]
2.2.5 Cawan ini
Terjemahan harafiah cawan ini (bnd. Mat.20:22) dalam
terjemahan tertentu dituliskan “cawan penderitaan ini”. Dalam PL, cawan atau
piala kadang-kadang dipakai sebagai lambang penghukuman dan pembalasan (Yes.51:17;
Yer.49:12; Yeh.23:32). Namun di sini kata itu dipakai untuk penderitaan, yang
diungkapkan dengan jelas dalam beberapa terjemahan modern. Beberapa terjemahan
lainnya menghilangkan kiasan-kiasan dan menuliskan “penderitaan ini” contohnya:
penderitaan
yang Aku harus alami ini (BIMK/BIS), “siksaan pahit ini” atau “cobaan
berat ini”.
Biarlah
cawan ini lalu dari pada-Ku: ungkapan ini bisa agak lebih harafiah kalau
diterjemahkan sebagai “izinkanlah agar cawan penderitaan ini lepas dari-Ku”,
atau “izinkan Aku untuk tidak harus mengambil cawan penderitaan ini”. Contoh
lain dalam bentuk permintaan atau seruan, misalnya “tolong, ambillah cawan
penderitaan ini”, atau “biarkan Aku terhindar dari keharusan mengalami
penderitaan ini”.
2.2.6 Tetapi janganlah seperti yang
Kukehendaki, melainkan…
Ungkapan ini
diterjemahkan dari kata-kata yang secara harafiah berarti “tetapi jangan
seperti Aku inginkan/ kehendaki, melainkan seperti Engkau (inginkan/ kehendaki)”.
Ini bisa diterjemahkan menjadi misalnya “tetapi hal yang akan terjadi janganlah
dengan cara Aku inginkan”. BIMK menuliskan dengan lebih singkat, tetapi
jangan menurut kemauan-Ku.
Sikap-Nya benar-benar
berserah untuk melakukan kehendak Allah. Bukan berarti bahwa kehendak manusia
yang ada dalam diri Kristus berlawanan dengan kehendak sorgawi. Dan alasan mengapa
Kristus berserah untuk menjalani penderitaan-Nya, adalah demi melaksanakan
kehendak Bapa-Nya, seperti yang Engkau
kehendaki (ay.39).
2.2.7 Melainkan seperti yang Engkau
kehendaki
Bagian kalimat ini
dalam BIMK dituliskan melainkan menurut kemauan Bapa saja.
Suatu terjemahan lain membalikkan urutan kedua anak kalimat itu, menjadi
”Tetapi yang seharusnya terjadi adalah yang Bapa inginkan, bukan yang Aku
inginkan”.
Dia
mengucapkan doa-Nya yang sama (ton auton
logon/kata yang sama) untuk ketiga
kalinya. Wajar jika kita berpikir bahwa bukan itu saja yang dikatakan-Nya dalam
doa-Nya malam itu, karena dalam ayat 40 dapat dilihat bahwa Dia terus berjuang
dalam derita-nya dan berdoa selama satu jam. Akan tetapi, apapun itu yang di
doakan-Nya, pastilah berkaitan dengan permohonan-Nya supaya dilalukan dari
penderitaan yang sedang menjelang, namun Ia tetap berserah pada kehendak allah
dalam penderitaan itu, tanpa terkekang dengan apapun ungkapan yang Ia pakai
untuk menyatakan hal itu.
BAB
III
KESIMPULAN
Pertama, Doa Sumber
Kekuatan Menghadapi Masa Sulit (Matius 26:36-38)
Yesus memberikan
teladan yang sangat baik bagi kita. Ternyata masalah bukanlah untuk dihindari,
tetapi untuk diselesaikan. Dan, cara penyelesaiannyapun harus benar. Yesus
tidak menghindar dari kenyataan yang ada. Yesus tidak menghindar dari kehendak
Bapa atas diri-Nya.
Banyak orang berpikir
bahwa doa adalah sesuatu yang sia-sia. Sesuatu yang tidak ada gunanya. Bahkan
mungkin ada yang berpikir bahwa doa adalah kerjanya orang-orang nganggur. Atau,
kerjanya orang-orang tua yang tidak mempunyai kegiatan. Untuk mengisi waktu
lowong maka dia berdoa. Benarkah demikian?
Yesus memberi teladan,
bahwa doa bukanlah pekerjaan yang sia-sia. Kalau doa sesuatu yang sia-sia,
sangat tidak mungkin Yesus berdoa. Kalau doa sesuatu yang sia-sia, tidak
mungkin Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami.
Ketika Yesus berada
dalam pergumulan berat, Dia berdoa kepada Bapa di Surga. Ada orang yang
berpendapat bahwa kekuatan dan kemenangan Yesus menghadapi penderitaan berawal
dari doanya di Getsemani. Saya setuju dengan pendapat itu. Mengapa ? Karena
Kitab Suci mengatakan :
Tuhan
dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru
kepada-Nya dalam kesetiaan. (Mazmur 145:18)
Tuhan
itu dekat kepada orang-orang yang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan
orang-orang yang remuk jiwanya (Mazmur 34:19)
Kedua,
Doa Tidak Memaksakan Kehendak Kepada Bapa (Matius 26:39-40)
Alkitab tidak pernah
mengajarkan bahwa Allah memiliki kewajiban untuk menjawab dengan cara yang kita
inginkan atau hanya karena banyak orang yang berdoa. Ketika Anak Allah, Yesus
Kristus Tuhan menderita di Getsemani, Dia mengajukan permohonan dengan
penyerahan yang rendah hati kepada Bapa-Nya dan berkata:...”jadilah kehendak-Mu
(Matius 26:42)”.
Prinsip doa di
Getsemani itu harus mendominasi doa-doa kita. Kehendak Bapa selalu mengandung
kasih dan hikmat yang tidak terbatas. Oleh karena itu, daripada memaksa Allah
karena mengira bahwa Dia wajib menjawab doa yang kita kehendaki, seharusnya
kita sebagai anak-anak yang percaya kepada-Nya dengan senang hati menyerahkan
semua keinginan kita kepada-Nya. Apapun yang Dia anugerahkan akan terbukti
menjadi berkat terbaik dalam hidup kita.
Ketiga,
Semangat Doa Tidak Terpengaruh Keadaan.
Dalam masa-masa penuh
pergumulan, biasanya kita sangat membutuhkan teman yang dapat menopang kita
dalam pergumulan yang sedang dihadapi. Hal ini tentunya sangat baik dan
diperlukan. Di antara saudara-saudara seiman kita sering mendengarkan
kata-kata seperti ini. “Doakan saya ya, saya sedang berada dalam masalah yang
berat”. Namun masalahnya, jika tidak ada yang mendukung bagaimana?
Tuhan Yesus dalam
pergumulan di Getsemani mengalami kesendirian juga. Memang Dia membawa
murid-murid-Nya, Petrus, Yakobus dan Yohanes, namun tidak bisa berjuang bersama
Dia karena rasa ngantuk yang menyerang. Murid-murid malah tertidur (39, 42,
44). Murid-murid seharusnya mendukung sang Guru yang sedang bergumul. Tetapi
kenyataannya mereka membiarkanNya seorang diri.
Namun, apakah Yesus patah semangat?
Ternyata, tidak!
BAB
IV
APLIKASI
Bagaimana dengan perjuangan doa kita
selama ini ?
- Apakah kita selalu mencari Tuhan tatkala kesulitan besar menindih hidup ini?
- Apakah kita selalu berdoa dengan rendah hati dan tidak memaksakan kehendak kepada Bapa?
- Apakah doa kita tidak terpengaruh dengan kondisi buruk yang kita alami dan berada di sekitar kita?
Mari kita belajar untuk
senantiasa ingat apa yang dialami Yesus di Taman Getsemani ketika masalah itu
datang. Kita harus tetap percaya bahwa ada Tuhan yang memperdulikan kita dan
menolong kita di saat kesesakan itu datang (problema). Tetaplah untuk
senantiasa berdoa kepada-Nya dan bersyukur kepada Tuhan di saat suka maupun
duka. Ketika kita menderita, perhatikan. Mungkin itulah saat dimana kita berada
paling dekat dengan Tuhan. Kita harus semakin mendekat kepada Tuhan dan
tergantung pada-Nya.
Kita juga harus semakin
merendahkan diri di hadapan Tuhan. Sebagian besar doa-doa kita adalah daftar
doa untuk pemenuhan kebutuhan dan bukan doa yang membutuhkan Tuhan. Sekarang
kita harus mengubah paradigma kita dalam setiap permohonan doa. Biarkan
kehendak Tuhan yang jadi dan bukan kehendak kita/kemauan kita. Terkadang kita
terlalu egois dalam berdoa. Tidak mau mengerti apa yang Tuhan mau/ rindukan
dalam setiap doa-doa permohonan kita.
Berdoa dengan tanpa
dipengaruhi oleh keadaan adalah sangat baik. Walaupun tidak ada yang mendukung
kita dalam menghadapi masalah tersebut. Tetaplah kita senantiasa tetap berdoa
dan berserah kepada Tuhan. Dialah Tuhan yang mengerti dan sanggup membuka jalan
setiap pergumulan dan yang akan menolong kita yang berharap pada-Nya. Kita
harus senantiasa bersyukur..
DAFTAR PUSTAKA
Bibleworks 7 (software/program).
Douglas, J.D. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini-Jilid 1-2.
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih. 2008.
Guthrie, Donald.
Pengantar Perjanjian Baru. Surabaya:
Momentum. 2008.
Guthrie, Donald. Tafsiran Alkitab Masa Kini-Jilid 3. Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih. 2006.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru. Jakarta:
BPK Gunung Mulia. 2006.
Henry, Matthew. Injil Matius 15-28. Surabaya:
Momentum. 2008.
http://id.wikipedia.org
http://newsletters.cephasministry.com/papyrus6.99.htm
http://www.ppa.or.id
http://www.sabda.org
LAI. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia. 2011.
MacArthur, Jr. Jesus’
Pattern of Prayer. Chicago: Moody. 1981.
Newman, Dr. Barclay. Pedoman Penafsiran Alkitab: Injil
Matius-Edisi Kedua. Jakarta: LAI. 2008.
Tenney, Merril C. Survei Perjanjian Baru. Malang:
Gandum Mas. 2003.
Tulluan, Rev. Ollo. Introduksi Perjanjian Baru.
Malang: YPPI. 2008.
[1] Dalam bahasa Yunani, kata berdoa
adalah proseuvxomai (prosefkhomai). Ini berasal dari
dua kata yaitu provs
(pros) dan eujvxomai (efkhomai). Pros adalah kata
depan atau preposisi yang berguna untuk menekankan intensitas dari kata yang
mengikutinya sekaligus menunjuk kepada arah ke depan. Sedangkan efkhomai
berarti “harapan” atau “kehendak”. Secara etimologi kata berdoa berarti
“harapan dan keinginan yang kuat ke depan,” atau “harapan dan keinginan yang
sangat kuat untuk mendatang.”
Definisi doa adalah hubungan persekutuan dengan
Allah, atau lebih tepatnya Doa adalah komunikasi pribadi dengan Allah. Menurut
KBBI adalah permohonan, harapan, permintaan, pujian kepada Tuhan.
[2] http://id.wikipedia.org
[3] Bdk. Mat 10: 2-4; Mrk 3: 16-19;
Luk 6:13-16; Kis 1:13
[4] Bdk. Mat 9:9
[5]
http://newsletters.cephasministry.com/papyrus6.99.htm
[6] Tempat di mana Yesus membawa
para murid untuk berdoa sebelum Yesus ditangkap, dalam bahasa Yunani ditulis Geqshmani
- Gethsêmani.
Kata ini padanan bahasa Aram Gath-Šmânê, pemerasan minyak atau tempat minyak
(maksudnya minyak zaitun).
[7] Pernyataan Calvin berikut ini
perlu diingat: “Alangkah baiknya bila kita menyendiri untuk berdoa, karena jiwa
yang setia dapat mengungkapkan segala permohonan, ratapan, kekuatiran,
ketakutan, harapan, dan sukacita dengan cara yang sederhana dan intim ke
hadapan Allah.
[8] Lihat LAI. Pedoman Penafsiran
Alkitab. Jakarta: LAI. 2008. Hal.822.
[9] Bahkan dalam Luk.22:44, tentang
peluh yang seperti titik-titik darah, menurut Dr. Frederick Zugibe (Kepala
Penguji Medis dari Rockland County, New York) kondisi ini luas diketahui, dan
telah banyak kasus seperti ini. Istilah klinisnya adalah "hematohidrosis."
"Sekitar kelenjar keringat, ada banyak pembuluh darah berbentuk seperti
jaring." Di bawah tekanan yang besar pembuluh - pembuluh tersebut
menyusut. Kemudian saat kegelisahan berlalu "pembuluh darah mengembang
sampai mencapai ambang pecah. Darah mengalir masuk ke kelenjar keringat."
Sementara kelenjar keringat menghasilkan banyak keringat, darah terdorong ke
permukaan kulit - keluar sebagai tetesan darah.